Sisi Gelap Ku

Ketika satu per satu mimpi ku mulai lenyap, aku hidup dalam ombang ambing angin yang tak jelas. Aku sudah hampir lupa akan mimpi ku, mimpi untuk berpetualang di setiap tempat yang belum pernah aku ketahui. Mimpi untuk membuat pondok belajar bagi anak-anak yang mau belajar. Mimpi untuk mengabdikan seluruh hidup ku pada Tuhan. Mimpi untuk membuat konser kecil yang menghibur orang-orang yang kesusahan. Mimpi untuk memelihara bebek, kambing dan sapi. Mimpi untuk membuat rumah doa yang bisa jadi tempat semedi.
Semua proses kehidupan sedang menjauhkan aku dari semua mimpiku, menyeret ku kepada hal-hal yang jauh dari jangkauan nalar ku. Sepertinya aku tak bisa mengartikan apa yang sedang terjadi. Aku sedang lelah menjalani semua aktifitas yang bagi ku membosankan. Dan keputusasaan ku berakhir pada batas dimana aku begitu membenci hidup ku.
Hidup yang harus taat pada aturan yang aku tak mengerti aturan itu. Hidup yang mengharuskan aku bertanggung jawab diluar batas kemampuan ku. Apa aku harus jadi anak yang berbakti dengan menuruti semua ingin orang tua ku? Apakah aku harus hidup sesuai keinginan mereka? Dimana aku harus jadi yang terpandai, dimana aku harus jadi yang terhebat, dimana aku harus jadi yang terkuat.
Andai aku boleh memilih, aku ingin hidup biasa saja, tanpa harus jadi kebanggaan asal aku bisa bahagia dan memiliki hidup ku. Andai aku boleh memilih, terbang bebas tanpa belenggu di kaki ku.
Aku hampir lupa cara untuk tersenyum, untuk mengucapkan terimakasih dan minta tolong. Dimana aku selalu dituntut untuk bisa dan menyelesaikan semuanya sendirian. Dimana aku harus mengalami phobia dari kenangan masa kecil ku dulu. Aku merasa aku selalu diajarkan tentang ketidakadilan. Tentang harus jadi yang paling egois dan paling pandai berargumen agar aku menang. Tentang harus jadi yang paling bisa agar aku dipuji. Tentang harus jadi yang tercantik agar aku diterima dimasyarakat. Tentang harus jadi yang terkaya agar aku bisa disayang.
Apakah dunia memang benar sekejam itu. Tanpa pengecualian bagi orang yang tak punya apa-apa. Tanpa kompromi bagi orang yang serba kurang. Otak ku hampir pecah ketika harus memikirkan semuanya.
Kadang aku melamun seperti ini, kenapa Tuhan menciptakan aku yang begitu tak berguna? Kenapa mereka harus membiarkan aku hidup jika aku memang tak bisa apa-apa? Kenapa mereka hanya bisa menyalahkan keadaan untuk memberiku pengertian?
Dunia ku hanya berisi rasa takut, takut tidak bisa jadi yang terbaik karna nanti aku akan semakin tidak dianggap. Takut tak bisa jadi orang kaya karna nanti aku tak disayang. Takut tak bisa jadi yang tercantik karna nanti aku tak bisa punya teman.
Apa kalian tau, semua pukulan dimasa kecil ku itu begitu membekas dihati dan fikiran ku. Sampai sekarang aku masih bisa merasakan pedih dan sakitnya. Rasa ngilu yang tak pernah bisa aku hilangkan. Apa kalian tau, semua ejekan, olokan dan sikap ketidakadilan itu begitu mengguncang jiwaku? Tau kah kalian tangan ku sering begetar tak menentu karna aku begitu merasakan ketakuatan yang amat sangat. Taukah kalian sikap yang membeda-bedakan dan membanding-bandingkan itu begitu merasuk dalam kalbu dan sukma ku? Tahu kah kalian setiap malam ku hanya dihiasi dengan mimpi buruk, dimana akau kembali terngiang dengan semua umpatan itu, dimana kembali aku melihat bilur-bilur dikaki dan tangan ku. Dimana masih aku rasakan dinginnya air comberan yang tumpah diseluruh badan ku. Dimana masih terasa tamparan sandal berjeruji di muka ku.
Aku tak bisa terlepas dari semua masa lalu itu. Tak bisa melupakan saat-saat dimana kalian mengatakan aku jelek, mengatakan aku hitam, mengatakan aku tak baik. Apakah dulu saat aku masih kecil aku begitu buruk rupa? Apakah aku begitu tidak baik dibandingkan anak yang lain?
Disaat semua anak selalu diberikan ucapan selamat ulang tahun, aku masih tersenyum walaupun kalian tak ingat hari ulang tahun ku. Aku masih bisa berdiam ketika setiap natal hanya aku sendiri yang tak punya baju baru. Aku masih bergembira ketika semua anak bisa bermain dengan teman dan keluarganya, tapi aku hanya bisa berdiam dirumah besar yang tak ada siapa-siapa. Aku masih bisa berlari dan menangis ketika kalian mengatakan aku anak pungut dan buruk.
Apakah semua tindakan ku itu begitu salah? Sampai kalian harus bersikap seperti itu terhadap ku? Kalau aku tidak begitu diharapkan, kenapa kalian tidak membuang ku jauh saja. Walaupun pada kenyataannya memang kalian sudah melemparku jauh dari kehidupan yang aku anggap bisa menyenangkan.
Ketika aku tersadar, bahwa semua yang aku katakan ini tentu tak ada yang percaya. Ya aku tau, kalian tak mengalami hal ini. Kalian menganggap ini hanya celotehan ku yang tak bermanfaat. Kalian mengatakan seperti ini pada ku. “ 100% kamu berhak mencintai, dan 100% kamu berhak dicintai”
Aku begitu mencintai kalian, dengan seluruh hidup yang aku punya, aku selalu berusaha jadi yang terbaik. Berusaha mandiri seperti yang selalu kalian tuntut. Berusaha tampil cantik, walau aku tau aku memang tidak secantik yang lainnya. Berusaha memenuhi semua kebutuhan ku tanpa meminta apa pun pada kalian. Kalian selalu berharap pada ku, tapi kenapa aku tak boleh berharap pada kalian. Kenapa aku tak boleh berharap kalian akan selalu mencintai ku?

Sekarang, untuk menjamah hati ku sendiri saja aku sudah tak mampu. Aku ingin berhenti dari semua kehidupanku. Aku sudah menyerah, karna aku tak mampu lagi untuk jalani semuanya. Semua hidup yang telah kalian atur, hanya untuk kebahagiaan dan kebaikan kalian. Maaf aku sudah mengecewakan. 

0 Responses