REKAYASA PERANGKAT LUNAK

rekayasa perangkat lunak,,
ah.. seperti cinta saja,
yang direkayasa tanpa tau apa akhirnya,,
seperti ini perumpamaannya,,
layaknya rekayasa perangkat lunak, rekayasa cinta itu juga bisa jadi a good true love.
jika ada dan ikuti proses pemodelannya seperti rekayasa perangkat lunak.
berawal dari analisa gebetan baru,, layak atau tidak untuk di cintai,,
atau bisa atau tidak kita mencintainya.
analisa juga kebutuhan,,
nanti kalau sudah jadian apa aja yg dibutuhin buat ngapel?
dari biaya atau cost sampai kesiapan membuat program untuk jalan.
dan jangan lupa ya, tetap harus ikuti dan sesuaikan dengan kebutuhan user alias cintamu itu..
biar jadi cinta yang sebenarnya,
tapi ingat implementasi dan unit testingnya jangan yang "miring"
bisa2 rekayasa cinta mu jadi gagal produk
cinta itu juga butuh maintenence lho,,
biar tahan lama,,
ini lebihnya cinta,,
kamu harus merekayasa untuk jangka waktu yang lebih lama dari pada rekayasa perangkat lunak.
kalau perangkat lunak, bisa bertahan 20 tahun itu sudah bagus,,
tapi kalau rekayasa cinta mu itu harus bertahan seumur hidup..
satu untuk selamanya,,
maka dari itu tiap tahun butuh upgrading,,
biar selalu diperbaharui,,
ya ini cuma sekedar cerita saat belajar rekayasa perangkat lunak,,
kamu boleh percaya atau tidak,,
tapi yang jelas,, cinta itu bisa direkayasa..

@zweita_25_08_13

FILOSOFI NAMA

Filosofi nama
Orang tua itu memberikan nama dengan maksud biar gampang memanggil anaknya. Kalau gax dikasih nama, nanti anaknya juga jadi bingung, aku ini siapa. Masak iya mau ikut-ikutan puisi AKU, ya hanya kenalnya aku. Gax tau siapa namanya. Tapi nama itu punya filosofi.
Hem mulai saja ya dengan filosofinya. Nama pertama yang jadi korban Trisnawati Gulo, Trisna = tresno = cinta, wati = perempuan, gulo = gula = manis. Cinta seorang perempuan manis. Ya mungkin maksudnya itu ayahnya mendapatkan cinta yang manis dari seorang perempuan, dan hasil cinta itu Trisnawati Gulo. Sungguh sweet_love.
Korban kedua, Suharni. Su = sastra jawa = sastra yang baik, harni = hari ini. Jadi maksud mamanya itu. Hari ini seorang sastra yang baik telah lahir ke dunia. Sungguh,, puitis.
Korban ketiga, Dewi Amalia Indra Mega. Dewi = ratu = wanita, Amalia = amal = suka beramal, Indra = rasa, dengar, bau, lihat, raba = sensitive. Mega = awan merah cantik saat langit terang di sore hari. Jadi maksud papanya, anak perempuannya ini bisa jadi ratu amal yang sensitive dan jadi megah seperti awan cantik di langit. Sungguh,, klasik.
Untuk kali ini cukup tiga korban saja. Dan sebagai penutup, aku korbankan namaku sendiri. Yutta Zweita, Yu = kamu, Tta = kita, Zweita = bahasa jerman = dua. Jadi maksudnya bapak ku itu,”Kamu, kita berdua”… hahahhahahahhahaaselole josh.. SUNGGUH,, ROMANTIS..
Tulisan ini mengandung humor…

By : Zweita (3 Mei ’13)

cinta itu

Cinta itu mata
Yang bisa melihat segala sesuatu yang indah di dirinya
Cinta itu telinga
Yang bisa mendengar segala suka dukanya
Cinta itu mulut
Yang bisa mengucap segala kata cinta untuknya
Cinta itu tangan
Yang bisa menggenggam segala rasa di hatinya
Cinta itu kaki
Yang bisa membawanya ke semua tempat yang ia suka
Cinta itu jari
Yang bisa merajut semua cerita cinta
Cinta itu hati
Yang bisa merasa dan mengerti indahnya bercinta
Tapi..
Cinta itu bukan manusia

Yang hanya bisa membuat luka.